Ada
rasa syukur yang ingin terus kulukis warnanya atas nikmat ini. Tapi ternyata
miliran warnapun tak mampu mewakilinya. Sedemikian besarkah? Ya tentu saja.
Masih jelas membayang Jumat, 12 Mei 2017 silam satu ungkap janji yang
menggetarkan arsy ketika matahari beranjak naik yang tak sama sekali
memancarkan panas terik berlebihan tapi jiwa ini serasa terbakar mendengar
berat janjimu. Aku terus bersyukur, janjimu membuatku semakin berharga. Entah
dengan tangis entah dengan tawa ku ungkapkan yang jelas aku bahagia.
Imamku,
ternyata perjalanan waktu bukanlah sesuatu yang panjang bila bersamamu. Rasanya
baru sehari kemaren halal bersama kita jemput, ternyata sore ini 12 September
2017 ringkukan bulan ke empat telah kita lewati. Semuanya manis denganmu?
Semuanya pahit denganku? Tentulah nurani kita yang bisa menjawabnya. Yang pasti
aku kian mengerti ada ego yang harus kubunuh ada doa yang harus ku lebihkan dari
sebelumnya. Tak semua manis, dua insan dengan pribadi yang berbeda bersatu tak
jarang kita berbenturan ringan memicu percik api yang bisa saja detik itu
membara. Semua pendewasaan, aku kian mengerti burukmu, kamu kian paham burukku.
Bukankah kita bersatu untuk meraih kebaikan bersama dengan mengikis buruk yang
kadang tak terelakkan. Aku bahagia. Bahagia bisa berbagi denganmu, bahagia bisa
ada sejalan denganmu.
Aku hampir
lupa, apa aku terlalu lemah belakangan ini? Aku terlalu cengeng belakangan ini?
Atau aku malah menjelma menjadi sosok manusia dengan kadar keegoisan dan lebay melebihi kadar normal? Benar saja,
akupun merasa demikian. Jujur, aku belum terbiasa dengan anugrah ini. Terkadang
aku merasa tak sanggup kadang malah menjelma menjadi wonder woman yang siap
tempur. Aku labil sayang, aku akui. Alhamulillah, bagaimanapun itu aku tak
pernah menyesal memilikinya. Hanya saja aku harus lebih banyak belajar, lebih
banyak paham bahwa ada nyawa baru yang Tuhan percayakan untuk kita didalam
tubuh ini. Bahkan usianya tak jauh berbeda dengan usia kebersamaan kita, Tuhan
mempercayakannya cepat pada kita. Alhamdulillah, Subhanallah. Ia terus tumbuh
bahkan terkadang aku mulai merasa tendangan kecilnya yang membuatku kaget kecil
kegirangan. Kami bahagia memilikimu. Bahagia dengan kerja kerasmu, bahagia
dengan sejuta ceritamu.
Senin, 11
September 2017. Hari pertama dimana aku yang dulu terbiasa mengucapkan
pertambahan hitungan usiamu melalui pesan singkat yang jadul dan alay, kini
akupun bisa melihat jelas ruas wajahmu sembari mengucap lirih dalam hati “Selamat
bertambah usia suamiku, jadilah pembimbing sejati kami. Kami Mencintaimu” ditengah
malam yang merangkak. Ku usahakan tak mengganggu tidurmu karna ku yakin lelahmu
siang tadi belum lah sempurna hilang.
Sebenarnya
banyak yang ingin ku lakukan untukmu hari itu, membelikanmu kue ulang tahun
versi anak milineal, membungkuskanmu kado bahkan memasakkanmu masakan yg
menurutku paling enak sedunia. Tapi lagi-lagi aku terkapar ternyata sesekali tubuhku
kalah dengan keinginan sosok malaikat kecil yang terus ingin tumbuh sehingga
tubuh ini terhempas di kelelahan. Mungkin ia tak sabar melihat kita. Ya kita.
Doakan aku tetap kuat. Akhirnya yg bisa kulakukan hanya sebatas bercerita
singkat tentangmu seperti yang kulakukan sekarang.
Selamat ulang
tahun ke 25 imamku "Yudha Septia Rahman", semoga Allah senantiasa menuntunmu untuk menjadi imam yang
mampu mendekatkan kita ke surgaNya. Maafkan kealayan yang belakangan ini muncul ke permukaan. Kami mencintaimu.
By Your Beloved Wife
Meldiya Reza